Sebuah Cerita Pendek "Adikku Sayang"
“ADIKKU SAYANG”
Berawal dari sebuah keluarga yang tidak begitu
harmonis, keluarga yang tak pernah bersama. “Rara & Tara” adik-kakak yang
saling menyayangi. Rara adalah anak yang pintar, sedangkan Tara
anak yang nakal. Mereka sekolah ditempat yang sama disebuah SMP di Bandung.
Ayah dan Ibu mereka sibuk pada kerjaannya masing-masing.
Di Sekolah Rara selalu dipermainkan
oleh teman-teman yang lain, tapi untung ada Tara
yang suka ngelindungin dia. Meskipun ayah-ibu mereka nggak peduli sama mereka,
tapi mereka tetap bahagia karna mereka saling mengisi satu sama lain.
Suatu hari ketika di sekolah, “hei, lo sini!” ucap anak geng the pinkers
“g…g…gu…e ?”
“iya elo, kutu
buku, udah siapa lagi ? sini lo !!!!” Rara pun mendekati mereka semua “ada apa
?” sapanya lembut
“nih…..!” mereka
memberikan Rara lima
buah buku “apa ini ?”
“apa…ini…!
Ha….ha…ha… Lo tuh pura-pura bego ya! Ngerti ga’ sih lo ?” ucap mereka sambil
tertawa, lalu menarik tangan Rara “kerjain tugas kita-kita ! ngerti lo! kerjain
yang bener ya ! selamat berlieur ria
!” mereka lalu pergi.
“o, ya ! awas
kalo lo coba-coba laporin kita ke guru ! lo abisssss gue hajar !”
“oh ada yang
lupa lagi ko gue ga’ liat si Tara brwwengsek ? kemana yah ???” ucap Tiara.
Memang saat itu Tara sudah pergi duluan karna ada keperluan diluar.
Rara pun
mengerjakan tugas geng pinkers itu, namun tiba-tiba “bruaaaaaaaaak……..!” pintu kamar
Rara ditendang Tara .
“apa-apaan sih Tar,
kalo rusak gimana ?” sentak Rara kaget.
“ah…biarin aja ! eh Ra, gue denger lo disuruh kerjain tugas si Pinkers edan
itu?” ucap Tara terburu-buru
“iiiiiih Tara apaan sih, cuman gara-gara itu ampe nendang pintu, ngga’ kok !
ketemu aja ngga’ ama geng Pinkers !” ucap Rara sambil pura-pura ga ada apa-apa.
“trus ini apaan hah?” sentak Tara sambil
menunjukan buku anak-anak Pinkers. Rara pun terdiam dan hanya menunduk “hmmm..awas
ya! dasar geng uedan ! sini biar gue kembaliin ke mereka !” ucap Tara sambil marah-marah.
Keesokan harinya di sekolah, “heh…lo !” teriak Tara, kemudian geng pinkers
mendekati Tara “apaan sih lo Tar, masih pagi tereak-tereak, ga ada kerjaan
lain apa ?” dengan gaya
centil ala Pinkers.
“nih !” Tara melempar
buku ke wajah mereka. “itu tuh tugas punya lo semua, ngapain lo nyuruh adik gue ngerjain ?
trus kerjaan lo apa ? Mejeng ? gue hajar sekarang juga yah lo !” sentak Tara
“biasa aja kali ga usah mencak-mencak gitu, pagi-pagi udah kaya singa aja, hiiiih" ucap mereka sambil mengambil bukunya dan berlalu pergi pergi, tapi
mereka ga kapok mereka terus ngerjain Rara.
Suatu hari tiba-tiba Rara sakit keras, Tara satu-satunya orang yang menemaninya karna ayah dan ibunya sangat sibuk. Karna Demam Rara tak kunjung reda, Tara pun segera membawa Rara ke Rumah
Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, Rara langsung diperiksa oleh Dokter di UGD, “Dok, sebenarnya ada apa dengan
adik saya ?” tanya Tara khawatir.
“Kemungkinan besar adik anda
mengidap Kanker Otak, tapi kami harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum memastikannya" ucap Dokter itu.
"Hah? bagaimana mungkin, Dok? selama ini adikku baik-baik saja...." Ucap Tara kaget.
"Kami masih harus memastikannya, kami akan melakukan observasi dan pemeriksaan menyeluruh dalam 2 hari ini. Kami butuh persetujuan dari wali pasien. Kira-kira kapan orangtua kalian bisa kesini?" tanya Dokter itu sambil kebingungan karna tak melihat satupun orangtua diantara mereka.
Tara terdiam tak menjawab, dokter itu masih memperhatikan Tara dan sejenak menghela nafas nampak menyadari keadaannya. Kemudian Tara segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi kedua orangtuanya. "Ma....." baru keluar satu kata dari mulutnya namun,
"Ada apa nak? Mama lagi rapat ini, nanti bicara sama mama kalo mama udah pulang ya...."
"tuuuuutttttt..........." bunyi telepon ditutup.
Tara menghela nafas dan mencoba menghubungi ayahnya, "Yahhh.... Rara....."
"Ada apa? Ayah lagi di lapangan, berisik nih, nanti ayah telepon lagi"
"tuuuuuttttt......." kejadian yang sama ia alami seperti ia menghubungi ibunya. Tara kecewa, ia tampak marah.
"Dok, saya saja yang tandatangan, tolong dilakukan pemeriksaan kepada adik saya"
Dokter merasa bingung karna yang harusnya menandatangani adalah wali yang sudah dewasa, sedangkan Tara saat itu baru berumur 15 tahun. "Apa tidak bisa menunggu..."
"Gak bisa Dok, orangtua kami sibuk, mereka gakan peduli" Ucap Tara memotong Dokter dengan tampang kecewa.
Dokter pun akhirnya mengikuti kemauan Tara, karena tiba-tiba kondisi Rara drop, dan harus dilakukan pemeriksaan segera.
Rara diperiksa menyeluruh, dan yang ditakutkan benar-benar terjadi. "Nak, yang kami takutkan benar, adikmu benar mengidap kanker otak. Sudah stadium 4, kemungkinan tidak akan bertahan lama, mungkin hanya bisa
bertahan satu atau dua bulan lagi !” Ucap Dokter, Tara pun tertunduk dan mulai meneteskam air mata.
Tara berusaha mengirimkan pesan kepada orangtuanya, berharap mereka segera membaca dan datang.
Selang satu hari, orangtua mereka datang “Tara , ada apa
dengan Rara ?” nampak mereka kaget dan merasa bersalah, Tara hanya diam, lalu dokter
keluar dari ruang ICU “Dok, ada apa dengan anak kami?”
“Anak anda
mengidap kanker otak, dan sudah parah mungkin hanya bisa bertahan satu atau dua
bulan lagi. Dia akan kembali sehat tapi sebaiknya jangan terlalu diberikan beban pikiran yang berat. Apa selama ini anak ini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda seperti sakit kepala dan demam tinggi?” Dokter itu bertanya dengan bingung.
Orangtua mereka menangis dan menjawab dengan terbata-bata "se...se..lama ini kami tidak pernah melihat ada yang aneh dengan Rara, dia selalu tampak bahagia dan menyenangkaan...." ucap Mama.
Dokter hanya menggeleng dan mengizinkan mereka masuk ke
ruangan Rara. Mereka pun bergegas masuk lalu memeluk Rara. “maafin mama sama papa ya sayang!”
“Tar......" sesaat mereka menatap Tara yang teridam, "maafin mama dan papa ya? kita terlalu sibuk sendiri.”
“Ma, Pa, Tara gatau, Tara sedih, Tara kecewa, tapi Tara ga bisa marah Ma, Paa... Tara ga bisaaa, disaat Rara selalu bersikap menyenangkan sama Mama dan Papa, bagiamana bisa Tara harus marah??" Ucap Tara yang langsung pecah dan menangis.
Seketika mama dan papa langsung memeluk Tara. "Tapi.... sudahlah," ucap Tara seraya menyeka air matanya dan melanjutkan "Rara pasti seneng liat kita semua bisa berkumpul lagi kaya gini, walaupun dengan keadaan seperti ini !”
Setelah sekitar 1 minggu di perawatan Rumah Sakit, akhirnya Rara sembuh dan kembali
pulang. “Rara seneng….banget kita bisa berkumpul lagi !”
Namun saat itu Mama malah menangis, Rara pun kebingungan “kok mama malah nangis sih, Ma? Mama ga seneng Rara udah pulang?”
Mama pun langsung memeluk Rara dan Tara, “Sebaliknya sayang, mama
bahagia banget, papa juga !”
Hari-hari terus terlalui dengan
bahagia, “Ma, Pa, apa sebaiknya kita kasih tau Rara yang sebenarnya ?”
Tanya Tara agak sedih
“Papa pikir
jangan, biarlah kita lalui bersama masa-masa ini dengan bahagia, kita upayakan untuk tak memberi beban buat Rara. Mudah-mudahan ada keajaiban yang
membuat kita bersama lebih lama lagi !” ucapa Papa seraya mengusap kepala Tara.
“iya
sih.....Pa, tapi... Tara...." ucap Tara tertunduk namun dipotong oleh Papa.
“ya udahlah ga
perlu diungkit-ungkit lagi nanti kita sedih lagi, terus nanti kalo Rara liat gimana?"
“heiiiiiiiiiiiiii…… lagi
ngapain serius amat ? pasti lagi pada ngomongin aku yaaa !” sapa Rara dengan senyum
bahagia dan menyindir semua yang ada di ruangan.
“iiiiiiiiiiiiiiihh GeeR banget sih anak kita yang satu ini, ngga kok! orang kita lagi ngomongin Tara, iyaa kan Tar?” ucap Mama sambil melirik Tara, Tara pun mengangguk sambil menjulurkan lidahnya, dan mereka pun ngobrol sampai larut.
Hari-hari berlalu dengan tawa
gembira mereka berubah menjadi keluarga yang harmonis, penuh canda dan tawa.
Tak terasa hari yang mereka cemaskan telah tiba. Tiba-tiba Rara jatuh pingsan, ia mengalami sakit keras hingga ia harus dilarikan ke ICU di Rumah Sakit. Harapan mereka adalah Rara kembali
dengan sehat dan bisa tertawa bersama-sama lagi. Ketika mereka semua cemas dan berdoa terus menerus,
tiba-tiba Riki datang, “Tar, gimana keadaan Rara sekarang ?” ucap Riki, Ayah
dan ibu hanya saling memandang bingung. “oh ya, Ma, Pa, ini temen Tara , skaligus pacarnya Rara !”
“Gini Rik, keadaan Rara maki
gawat ! kita juga disini cemas banget….!”
Riki terdiam dan
terpaku dia hanya menundukan kepala teringat
saat-saat bahagia disekolah bersama Rara, “betapa bahagianya saat itu !
canda, tawa Rara, Wajah manisnya !”
dalam pikirannya terkenang kembali saat indahnya bersama Rara “Apa
semuanya akan berakhir ? aku harap ngga !”
Tiba-tiba hujan turun begitu
deras, dokter pun keluar. “Dok, bagaimana keadaan Rara ?” Dokter itu hanya diam
dan terus diam, hanya menundukan kepalanya dan menggelengkan kepala. “ng…………ga
mungkin……..!” ibu berteriak histeris, ayah menangis, begitu pun Rara, Riki yang
sedang terdiam teringat saat-saat indah bersama Rara, tiba-tiba terhentak
jatuh. Keadaan diruangan itu begitu menyedihkan “maaf, kami sudah berusaha
sebaik mungkin.” Mereka terus menangis
“tiiiiiiiiiiidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak…….!” Riki berteriak histeris, dia ga
percaya Rara yang disayanginya udah ga ada.
Hari ini hari pemakaman Rara,
keadaannya begitu sendu semua hadir dengan tangis. Riki sangat terpukul apalagi
Tara yang sangat nyayangin Rara. Dan pada saat
pemakaman seorang dokter memberikan sepucuk surat dari Rara. Mereka pun membaca surat itu.
Ma,pa,Tara ,Riki juga, Rara tau Rara
mungkin udah meninggal saat kalian membaca surat ini. Rara minta maaf atas semua
kesalahan Rara, meskipun Rara meninggal tapi Rara bahagia mama, papa, sama Tara udah kumpul sama-sama lagi, jadi Rara ga’ akan
ninggalin Tara sendiri.
Trus Riki juga, maaf ya Rara harus pergi, Rara ga’ bisa nemenin Riki
lagi, tapi Riki ga boleh sedih yah, nanti Rara ikut sedih.
Tara, ada satu permintaan Rara, buat Tara ama Riki, kalian harus jadian
buat Rara. Rara tau, Tara sayang kan ama Riki, Riki juga !
mama,papa, jangan tinggalin Tara lagi
kaya waktu ninggalin Rara ama Tara berdua.
Rara pergi dulu yah ma, pa, Tara, Riki
Rara sayang kalian semua
Rara sayang mama, papa, Tara, Riki
Dadah, please…………..jangan sedih terus
Rara bahagia ko……………………………..
Rara akan slalu ada dihati kalian semua
Komentar
Posting Komentar