Penyimpangan Pergaulan Remaja
REMAJA
DAN PERMASALAHANNYA :
BAHAYA
MEROKOK, PENYIMPANGAN SEKS PADA
REMAJA,
DAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN MINUMAN
KERAS/NARKOBA
1. MASA REMAJA
Masa remaja merupakan masa
dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke
tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah
psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial
(TP-KJM, 2002).
Masa remaja merupakan sebuah
periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk
pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia
belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun.
Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja
sudah (atau sedang) mengalami
pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan
sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia
juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan
jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang
pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri
dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada
diri seseorang sebagai tanda keremajaan,
namun seringkali perubahan itu
hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan
bukan sebagai pengesahan akan
keremajaan seseorang. Namun satu hal yang
pasti, konflik yang dihadapi
oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memahami remaja, maka perlu
dilihat berdasarkan perubahan pada dimensidimensi
tersebut
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki
masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja
putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak
tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif dalam memproduksi
dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang
berhubungan dengan pertumbuhan,
yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone
(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan,
kedua hormon
tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen
dan
progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan
testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah
sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam
suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan
dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah
secara cepat sejak awal
pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja,
dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri
dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan
abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi
itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para
remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan
orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan
kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu
melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem
pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar
satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara
berpikir anak. penyebab lainnya
bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua
yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak
tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai
tahap pemikiran abstrak supaya
saat mereka lulus sekolah menengah, sudah
terbiasa berpikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode
dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot
Turiel (1978)
menyatakan bahwa
para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah
populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil
pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama
ini tanpa bantahan. Remaja
mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih
banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja
akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar
para remaja mulai melihat
adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia
akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis
pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam
suatu lingkungan tertentu saja
selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam
dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai
melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap
"pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima
bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral
yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh
subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi
tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik
nilai bagi sang remaja. Konflik
nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan
menjadi sebuah masalah besar,
jika remaja tidak menemukan jalan
keluarnya. Kemungkinan remaja
untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan oleh orangtua atau
pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang
logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik
amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan
lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh
dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak
mampu memberikan penjelasan
dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat
sang remaja tambah bingung.
Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar
lingkaran orangtua dan nilai
yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
“lingkungan baru” memberi
jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan yang diberikan oleh
orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan
mulai menajam.
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang
penuh gejolak. Pada masa ini mood
(suasana hati) bisa berubah
dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh
Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja
rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood “senang luar
biasa” ke “sedih luar biasa”,
sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam
untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja
ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan
rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan
cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada
masa remaja para remaja mengalami perubahan
yang dramatis dalam kesadaran
diri mereka (self-awareness). Mereka sangat
rentan terhadap pendapat orang
lain karena mereka menganggap bahwa orang lain
sangat mengagumi atau selalu
mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri.
Anggapan itu membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan
citra yang direfleksikan (self-image). Remaja
cenderung untuk menganggap diri
mereka sangat unik dan bahkan percaya
keunikan mereka akan berakhir
dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri
akan bersolek berjam-jam di
hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik
dan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan
dirinya dikagumi lawan jenisnya
jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Pada usia 16 tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan
sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja
akan mulai sadar bahwa orang
lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak
selalu sama dengan yang
dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja
bahwa mereka selalu
diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak
berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan
untuk menyesuaikan impian dan
angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat
“tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.
Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan
belum biasa memperhitungkan
akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan
untuk mempertangung-jawabkan perbuatan
mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih
percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa
tanggung-jawab inilah yang
sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri
positif pada remaja. Kelak, ia
akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri
sendiri dan rasa hormat pada
orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang
lebih tua sangat dibutuhkan
oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi
masalah itu sebagai “seseorang
yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara
akan dicari untuk dicobanya.
Remaja akan membayangkan apa yang akan
dilakukan oleh para “idola”nya
untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan idola ini juga akan
menjadi sangat penting bagi remaja
Dari beberapa dimensi perubahan
yang terjadi pada remaja seperti yang
telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang
bisa terjadi pada masa ini.
Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko
dan berdampak negative pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada
masa remaja misalnya seperti
penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya;
aktivitas social yang berganti
– ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya
seperti balapan, selancar
udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).
Alasan perilaku yang mengundang
resiko adalah bermacam – macam dan
berhubungan dengan dinamika
fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut
dianggap tidak cakap, perlu
untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika
kelompok seperti tekanan teman
sebaya.
2. REMAJA DAN ROKOK
Di masa modern ini, merokok
merupakan suatu pemandangan yang sangat
tidak asing. Kebiasaan merokok
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang – orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan
dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk
mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (
reliefing beliefs), dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
( permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan
merokok yang dilakukan oleh
remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan
kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada
kelompok sebayanyaatau dengan
kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang
remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang
tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih
mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang
bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan
bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan
teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta
tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh
oleh teman-temannya atau bahkan temanteman
remaja tersebut dipengaruhi
oleh diri remaja tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya
satu atau lebih sahabat yang perokok begitu
pula dengan remaja non perokok
(Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau
jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas
sosial lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa
dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX,1991).
3. PENYIMPANGAN SEKS PADA REMAJA
Kita telah ketahui bahwa
kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan
agar mereka tidak
"kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama.
"Banyak
teman maka banyak
pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan
apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang
berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang bersikap terpuji.
benar agar kita tidak
terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu
masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang di dalamnya penuh
dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa
remaja dapat dicirikan dengan
banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang
dalam berbagai hal, tidak
terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, organ reproduksipun
mengalami perkembangan dan pada
akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai
menyukai lawan jenisnya serta
arus media informasi baik elektronik maupun non
elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja
tersebut.
Salah satu masalah yang sering
timbul pada remaja terkait dengan masa
awal kematangan organ
reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang
terjadi pada remaja diluar
pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi
pada usia sekolah. Siswi yang
mengalami kehamilan biasanya mendapatkan
respon dari dua pihak. Pertama
yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi
kehamilan pada siswi, maka yang
sampai saat ini terjadi adalah sekolah
meresponya dengan sangat buruk
dan berujung dengan dikeluarkannya siswi
tersebut dari sekolah. Kedua
yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,
lingkungan akan cenderung
mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal
tersebut terjadi jika karena
masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu
yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja
tidak hanya membebani remaja sebagai
individu dan bayi mereka namun
juga mempengaruhi secara luas pada seluruh
strata di masyarakat dan juga
membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan
tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri
remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau
impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan
kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat
menggelisahkan berbagai
kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja
adalah banyaknya remaja yang
mengidap HIV/AIDS
Data dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat dari jumlah pengidap
dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke
waktu, maka dewasa ini HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS
(Acquired Immune Deficiency
Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman
hidup bagi masyarakat
Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan
sampai Juni 2003 jumlah
pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup
Dengan HIV/AIDS) di Indonesia
adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV
2.559 dan penderita AIDS 1.088
orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -
19 berjumlah 151 orang (4,14%);
19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti
bahwa jumlah terbanyak
penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda.
Dari data tersebut, dilaporkan
yang sudah meninggal karena AIDS secara umum
adalah 394 orang (Subdit PMS
& AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.).
Diperkirakan setiap hari ada
8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS,
sedangkan di kawasan Asia
Pacific mencapai angka1.192orang.
Data dan fakta tersebut belum
mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
melainkan hanya merupakan
"puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau
dilaporkan hanya sedikit,
sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkan
jumlahnya berkali-kali lipat.
Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya
bisa 100 kali lipat.
Remaja dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata
menyebar sangat cepat di kalangan remaja
dan kaum muda. Penularan HIV di
Indonesia terutama terjadi melalui hubungan
seksual yang tidak aman, yaitu
sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa
penelitian terungkap bahwa
semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia
18 tahun yang sudah melakukan hubungan
seks. Cara penularan lainnya adalah
melalui jarum suntik (pemakaian
jarum suntik secara bergantian pada pemakai
narkoba, yaitu sebesar 815
(22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%)
kasus). FKUl-RSCM melaporkan
bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di
kalangan remaja terjadi di
kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan
kenaikan menyolok dibanding
beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya
remaja terhadap HIV/AIDS adalah
1. Kurangnya informasi yang
benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya
pencegahan yang bisa dilakukan
oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya
informasi ini disebabkan adanya
nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,
sehingga remaja seringkali
tidak memperoleh informasi maupun
pelayanan kesehatan reproduksi
yang sesungguhnya dapat membantu remaja
terlindung dari berbagai
resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2. Perubahan fisik dan
emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan
seksual. Kondisi ini mendorong
remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba
sesuatu yang baru, termasuk
melakukan hubungan seks dan penggunaan
narkoba.
3. Adanya informasi yang
menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh
melalui seks, alkohol, narkoba,
dan sebagainya yang disampaikan melalui
berbagai media cetak atau
elektronik.
4. Adanya tekanan dari teman
sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya
untuk membuktikan bahwa mereka
adalah jantan.
5. Resiko HIV/AIDS sukar
dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS
mempunyai periode inkubasi yang
panjang, gejala awalnya tidak segera
terlihat.
6. Informasi mengenai penularan
dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum
cukup menyebar di kalangan
remaja. Banyak remaja masih mempunyai
pandangan yang salah mengenai
HIV/AIDS.
7. Remaja pada umumnya kurang
mempunyai akses ke tempat pelayanan
kesehatan reproduksi dibanding
orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya remaja yang terkena
HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka
terinfeksi, kemudian menyebar
ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
Apa sih HIV dan AIDS?
HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. Merupakan
virus penyebab AIDS yang
melemahka sistem kekebalan tubuh.
AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan kumpulan dari
beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh HIV
sehingga orang yang telah terinfeksi HIV mudah
diserang berbagai penyakit yang
bisa mengancam hidupnya
Perjalanan Infeksi HIV
HIV menular melalui penggunaan
jarum suntik secara bergantian, jarum
suntik bekas pakai, jarum suntik
yang tidak steril, melakukan hubungan seks
berganti – ganti pasangan, atau
proses penularan dari ibu ke bayi melalui proses :
hamil, melahirkan, dan
menyusui. Setelah masuk dan menginfeksi manusia
selama 2 minggu sampai 6 bulan
( 3 bulan pada 95% kasus) merupakan masa
antara masuknya HIV ke dalam
tubuh sampai terbentuknya antibody (penangkal
penyakit) terhadap HIV atau
disebut juga HIV Positif. Pada fase ini HIV sudah
dapat ditularkan kepada orang
lain walaupun hasil tes masih negatif. Fase ini
disebut fase jendela. Setelah
melalaui fase jendela. Selama 3 – 10 tahun setelah
terinfeksi HIV, Seseorang yang
telah mengidap HIV Positif tidak
akanmenampakkan gejala, tampak
sehat, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Baru
setelah 1- 2 tahun kemudian
mulai timbul infeksi opportunistik ( penyakit lain
yang muncul karena sistem
kekebalan tubuh menurun). Obat ARV ( Anti Retro
Viral ) yang diminum pada fase
ini dapat menekan pertumbuhan HIV. Akan tetapi
obat ini tidak dapat
menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
HIV tidak menular melalui
1. Gigitan nyamuk atau serangga
lain
2. Keringat, Sentuhan, Pelukan,
ataupun Ciuman
3. Berenang bersama
4. Terpapar batuk atau bersin
5. Berbagi makanan atau
menggunakan alat makan bersama
6. Memakai toilet bergantian
Mengetahui status HIV
Status HIV hanya dapat
diketahui melalui Konseling dan Testing HIV Sukarela
· Testing HIV merupakan
pengambilan darah dan pemeriksaan
laboratorium disertai konseling
pre dan pasca testing HIV
· Konseling dan Testing HIV
Sukarela dilakukan dengan prinsip tanpa
paksaan, rahasia, tidak
membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya
· Manfaat Konseling dan Testing
HIV Sukarela :
- Mendapat informasi,
pelayanan, dan perawatan sesuai kebutuhan
masing-masing sedini mungkin
- Dukungan untuk perubahan
perilaku yang lebih sehat dan aman dari
penularan HIV
Sudah adakah obat untuk HIV?
_ Obat ARV (Anti Retro Viral)
dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah
HIV dan meningkatkan daya tahan
tubuh untuk memperpanjang usia hidup
ODHA ( Orang dengan HIV dan
AIDS)
_ Obat ARV tidak dapat
menyembuhkan Odha karena tidak bisa
menghilangkan HIV dalam tubuh
_ Odha harus minum obat ARV
secara rutin pada jam tertentu setiap hari dan
seumur hidup
_ Sejak tahun 2007 terdapat 75
rumah sakit rujukan bagi Odha diseluruh
Indonesia yang menyediakan obat
ARV
4. REMAJA DAN PENYALAHGUNAAN
MINUMAN KERAS DAN
NARKOBA
Berdasarkan data Badan
Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301
orang, di mana 70% diantaranya
berusia antara 15 -19 tahun
Definisi dan Macam – Macam
Narkoba
Narkoba (singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya) adalah
bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia,
baik secara oral/diminum,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan, dan
perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi ) fisik
dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang
No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika
adalah :
· Tanaman papaver, opium mentah,
opium masak (candu, jicing, jicingko),
opium obat, morfina, kokaina,
ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
· Garam-garam dan turunan-turunan
dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut
di atas.
Psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997). Zat yang
termasuk psikotropika antara lain:
· Sedatin (Pil BK), Rohypnol,
Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon,
Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis
Diethylamide), dsb.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya
adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis
maupun sintetis yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang
dapat mengganggu sistim syaraf
pusat, seperti: Alkohol.
Apakah Alkohol itu?
Alkohol adalah zat penekan
susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil
mungkin mempunyai efek
stimulasi ringan
Bahan psikoaktif yang terdapat
dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh
dari proses fermentasi madu,
gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang
populer : minuman keras
(miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.
Minuman beralkohol mempunyai
kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda
alkohol ( 1-7% alkohol), anggur
(10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa
disebut dengan spirit (35 – 55%
alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah
dicapai dalam 30 – 90
menitsetelah diminum.
Dari beberapa penelitian
alkohol dapat menyebabkan :
_ Kecelakaan lalu lintas
_ Luka bakar
_ Kasus penganiayaan anak
_ Bunuh diri
_ Kecelakaan kerja
Di Indonesia penjualan minuman
beralkohol di batasi dan yang boleh membeli
adalah mereka yang telah
berumur 21 tahun
Beberapa etnik di Indonesia
menggunakan minuman beralkohol pada acara
tertentu dalam jumlah yang
sedikit. Mereka juga memproduksi minuman
beralkohol dengan nama yang
bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap
tikus, ciu dll
Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik
dan Mental)
Pengaruh alkohol terhadap tubuh
bervariasi, tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
_ Jenis dan jumlah alkohol yang
dikonsumsi
_ Usia, berat badan, dan jenis
kelamin
_ Makanan yang ada di dalam
lambung
_ Pengalaman seseorang minum –
minuman beralkohol
_ Situasi dimana orang minum –
minuman beralkohol
Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruh terhadap
individu berbeda – beda, terdapat hubungan antara
konsentrasi alkohol di dalam
darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) dan
efeknya. Euphoria ringan dan
stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring
dengan meningkatnya konsentrasi
alkohol di dalam darah. Sayangnya orang
banyak beranggapan bahwa
penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka
mengabaikan efek buruknya.
Resiko intoksikasi (”mabuk”)
Gejala intoksikasi alkohol yang
paling umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehingga
dapat menyebabkan cedera dan
kematian. Penurunan kesadaran seperti koma
dapat terjadi pada keracunan
alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan
kematian.
Selain kematian, efek jangka
pendek alkohol dapat menyebabkan hilangny
produktifitas kerja (misalnya
”teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan,
alkohol dapat menyebabkan
perilaku kriminal. 70 % dari narapidana
menggunakan alkohol sebelum
melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 %
kekerasan dalam rumah tangga
dipengaruhi oleh alcohol
Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol berlebiha
dalam jangka panjang dapat menyebabkan :
_ Kerusakan jantung
_ Tekanan Darah Tinggi
_ Stroke
_ Kerusakan hati
_ Kanker saluran pencernaan
_ Gangguan pencernaan lainnya
(misalnya tukak lambung)
_ Impotensi dan berkurangnya
kesuburan
_ Meningkatnya resiko terkena
kanker payudara
_ Kesulitan tidur
_ Kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan
_ Sulit dalam mengingat dan
berkonsentrasi
Sebagai tambahan terhadap
masalah kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap
hubungan sesama, finansial,
pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hokum
Pengaruh alkohol pada perilaku
Konsentrasi alkohol dalam
darah
Pengaruh yang ditimbulkan
Perasaan
segar (well –
being)
Sampai dengan 0.50 g% · Banyak bicara
· Santai
· Lebih percaya diri
Risiko
rendah
0.05 – 0.08 g % · Banyak bicara
· Bertindak dan lebih merasa
percaya diri
· Berkurangnya kemampuan
untuk berfikir dan bergerak
· Berkurangnya rasa malu
Risiko
sedang
0.08 – 0.15 g % · Bicara cadel
· Berkurangnya keseimbangan
dan koordinasi tubuh
· Refleks menjadi lambat
· Penglihatan kabur
· Emosi yang labil
· Mual, muntah - muntah
Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g % · Tidak dapat berjalan tanpa
bantuan
· Apatis, mengantuk
· Kesulitan bernafas
· Tidak dapat mengingat
beberapa kejadian
· Tidak dapat mengendalikan
buang air kecil
· Kemungkinan kehilangan
kesadaran
· Koma
· Kematian
Kematian > 0.3 g %
Toleransi dan Ketergantungan
Pengguna alkohol yang terus
menerus dapat mengalami toleransi dan
ketergantungan. Toleransi
adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah
yang kecil menjadi lebih besar
untuk mendapatkan pengaruh yang sama.
Sedangkan ketergantungan adalah
keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang
penting dalam kehidupannya,
banyak waktu yang terbuang karena memikirkan
(cara mendapatkan, mengkonsumsi
dan bagaimana cara berhenti). Pengguna
alkohol akan mengalami
kesulitan bagaimana cara menghentikan atau
mengendalikan jumlah alkohol
yang dikonsumsi.
Gejala Putus Alkohol
Seseorang yang mengalami
ketergantungan secara fisik terhadap alkohol akan
mengalami gejala putus alkohol
apabila menghentikan atau mengurangi
penggunaannya. Gejala biasanya
terjadi mulai 6 – 24 jam setelah minum yang
terakhir. Gejala ini dapat
berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah :
· Gemetar
· Mual
· Cemas
· Depresi
· Berkeringat yang banyak
· Nyeri kepala
· Sulit tidur (berlangsung
beberapa minggu)
Gejala putus alkohol sangat
berbahaya. Orang yang minum lebih dari 8 standar
minum perhari dianjurkan untuk
berkonsultasi ke dokter (sebelum memutuskan
untuk berhenti minum) untuk
mendapatkan terapi medis guna mencegah
komplikasi
Sedangkan berdasarkan efeknya,
narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1. Depresan, yaitu menekan
sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi
aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa
membuat pemakai tidur dan tak
sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa
mengakibatkan kematian. Jenis
narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti
morphin dan heroin. Contoh yang populer
sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan serta
kesadaran. Jenis stimulan:
Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang
sekarang sering dipakai adalah
Shabu-shabu dan Ekstasi.
3. Halusinogen, efek utamanya
adalah mengubah daya persepsi atau
mengakibatkan halusinasi.
Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman
seperti mescaline dari kaktus
dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu
ada jugayang diramu di
laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak
dipakai adalah marijuana atau
ganja.
Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba
sebenarnya digunakan untuk pengobatan
dan penelitian. Tetapi karena
berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk dicoba
– coba, ikut trend/gaya,
lambing status social, ingin melupakan persoalan dll –
maka narkoba kemudian
disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut
akan menyebabkan ketergantungan
atau dependensi yang disebut juga dengan
kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan
biasanya sebagai berikut: 1) coba-coba; 2)
senang-senang; 3) menggunakan
pada saat atau keadaan tertentu; 4)
penyalahgunaan; 5)
ketergantungan.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara
terus menerus atau melebihi takaran yang
telah ditentukan akan
mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang
akan mengakibatkan gangguan
fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP)
dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba
pada seseorang sangat tergantung pada
jenis narkoba yang dipakai,
kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis maupun sosial seseorang.
1. Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf
(neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran,
kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit
(dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,
eksim
4. Gangguan pada paru-paru
(pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas,
pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala,
mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan
sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan
reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti: penurunan fungsi
hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan
fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba
melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum
suntik secara bergantian,
risikonya adalah tertular penyakit seperti
hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa
berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya.
Over dosis bisa menyebabkan
kematian
2. Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja,
sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri,
apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan
tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi,
perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri,
perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial
dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban
keluarga
3. Pendidikan menjadi
terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial
berhubungan erat. Ketergantungan fisik
akan mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat
(tidak mengkonsumsi obat pada
waktunya) dan dorongan psikologis berupa
keinginan sangat kuat untuk
mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik
dan psikologis ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri,
pemarah, manipulatif, dll.
Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu
fase perkembangan antara masa anak-anak
dan masa dewasa. Perkembangan
seseorang dalam masa anak-anak dan remaja
akan membentuk perkembangan
diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah
bila masa anak-anak dan remaja
rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan
hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru
keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend
dan gaya hidup, serta
bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua
kecenderungan itu wajar-wajar
saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja
untuk terdorong menyalahgunakan
narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah
pengguna narkoba yang paling
banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat
lagi bila karena penggunaan narkoba, para
remaja tertular dan menularkan
HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah
terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa
ini akan kehilangan remaja yang
sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba
dan merebaknya HIV/AIDS.
Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber
daya manusia bagi bangsa.
5. MENANGANI MASALAH YANG
TERJADI PADA REMAJA
Selain ketiga masalah
psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti
yang disebutkan dan dibahas
diatas terdapat pula masalah masalah lain pada
remaja seperti tawuran,
kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan
belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu
mendapat perhatian dari berbagai pihak
mengingat remaja merupakan
calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah
masa depan bangsa ini
digantungkan.
Terdapat beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah
semakin meningkatnya masalah
yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua :
· Menanamkan pola asuh yang baik
pada anak sejak prenatal dan balita
· Membekali anak dengan dasar
moral dan agama
· Mengerti komunikasi yang baik
dan efektif antara orangtua – anak
· Menjalin kerjasama yang baik
dengan guru
· Menjai tokoh panutan bagi anak
baik dalam perilaku maupun dalam hal
menjaga lingkungan yang sehat
· Menerapkan disiplin yang
konsisten pada anak
· Hindarkan anak dari NAPZA
Peran Guru :
· Bersahabat dengan siswa
· Menciptakan kondisi sekolah
yang nyaman
· Memberikan keleluasaan siswa
untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
ekstrakurikuler
· Menyediakan sarana dan
prasarana bermain dan olahraga
· Meningkatkan peran dan
pemberdayaan guru BP
· Meningkatkan disiplin sekolah
dan sangsi yang tegas
· Meningkatkan kerjasama dengan
orangtua, sesama guru dan sekolah lain
· Meningkatkan keamanan terpadu
sekolah bekerjasama dengan Polsek
setempat
· Mewaspadai adanya provokator
· Mengadakan kompetisi sehat,
seni budaya dan olahraga antar sekolah
· Menciptakan kondisi sekolah
yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik,
mental, spiritual dan sosial
· Meningkatkan deteksi dini
penyalahgunaan NAPZA
Peran Pemerintah dan masyarakat
:
· Menghidupkan kembali kurikulum
budi pekerti
· Menyediakan sarana/prasarana
yang dapat menampung agresifitas anak
melalui olahraga dan bermain
· Menegakkan hukum, sangsi dan
disiplin yang tegas
· Memberikan keteladanan
· Menanggulangi NAPZA, dengan
menerapkan peraturan dan hukumnya
secara tegas
· Lokasi sekolah dijauhkan dari
pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media :
· Sajikan tayangan atau berita
tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
· Sampaikan berita dengan kalimat
benar dan tepat (tidak provokatif)
· Adanya rubrik khusus dalam
media masa (cetak, elektronik) yang bebas
biaya khusus untuk remaja
6. REMAJA DAN PERILAKU HIDUP
SEHAT
Remaja yang bersikap hidup
sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Memahami faktor penghambat
maupun pendukung perkembangan
kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki
diri
Dengan demikian remaja dapat
diharapkan menjaga remaja yang handal dan
sehat. Remaja harus mengetahui
dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,
dengan kata lain remaja harus
mengerti dirinya sendiri.
Faktor yang berkembang pada
setiap remaja antara lain fisik, intelektual,
emosional, spiritual. Kecepatan
perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara
tepat sedangkan faktor lainnya berkembang
tidak sama besar. Perkembangan
yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan
kejanggalan dan berpengaruh
terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja
melihat dirinya sendiri, orang lain serta
hubungannya dengan orang lain
termasuk orang tua dan pembina? Kadangkadang
ia ingin dianggap sebagai
anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap
sebagai orang tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang
lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam
keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat
dilihat segalanya masih dalam
proses dan tidak berada dalam kutub atau masa
anak-anak ataupun kutub atau
masa dewasa.
"Dalam perjalanan
menuju" ini yang menonjol adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung
3. Sering mengambil keputusan
tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama,
falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang
saja dipakai
Dan "Dalam perjalanan
menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja
adalahbagaimana remaja dapat
berproses :
1. Menuju fisik yang ideal
2. Menuju emosi kelakian
ataupun kewanitaan yang utuh
3. Menuju cara berfikir dewasa
4. Menuju mempercayai hal-hal
yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat
Tatakrama
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim
Pembina, Tim Pengarah &
Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh
Proyek Peningkatan Kesehatan
Khusus APBD 2002.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo
&
Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B (1991). Fundamental of Nursing :
Concept, Process, and Practice.
Fourth Edition. California :
Addison-Wesley Publishing Company.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Stuart & Sundeen (1998). Principle and Practice of
Psychiatric Nursing. 6 th. Ed.
Philadelphia: The C V Mosby.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan
Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar Offset
Kaplan dan Sadock.1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis (Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN
Dep. Kesehatan RI. 1997. AIDS di Tempat Kerja. Jakarta
UNESCO and UNAIDS. 2002. HIV/AIDS and Education: A
Too/kit for
Ministries of Education
Komentar
Posting Komentar